Rabu, 18 Agustus 2010

FAN FICTION [The Last Heart #2] - INDONESIA

“Ani. Kau kan sangat kurus. Menggendongmu sama saja seperti menggendong sekarung kapas.” Jawabnya, “Lagipula aku kan punya otot yang kuat.”

“Hahaha…” aku terkekeh di belakangnya, “Oppa, kau tidak punya otot. Di seluruh tubuhmu hanya ada lemak.”

“Kau ini.” Katanya, “Tapi, aku janji. Aku akan menggendongmu sampai aku benar-benar tidak bisa menggendongmu lagi.”

“Jinja?”

“Jeongmal.

“Kau janji yah oppa?”

“Mm.”

Aku mengangkat tanganku di depan wajahnya. Ku kepalkan tanganku dan mengeluarkan jari kelingkingku. Dia melepas salah satu tangannya yang sejak tadi menahanku. Dia melingkarkan kelingkingnya di kelingkingku.

“Aku janji.”

:::

Pelajaran hari ini sudah usai. Hari ini, Hankyung tidak memindahkan kursinya dan berbagi buku denganku. Itu karena aku sudah punya buku untuk semua pelajaran hari ini.

Entah kenapa, aku malas pulang hari ini. Aku duduk di tangga pendek di depan sekolahku sambil memperhatikan murid-murid yang mulai berkurang. Hari ini, aku yakin Kangin oppa tidak akan datang. Dia ke Jeju semalam dan baru akan pulang sore ini.

Tiba-tiba sebuah motor hitam berhenti tepat di depanku. Seseorang yang memakai jaket kulit hitam membuka helm-nya.

“Hankyung-ssi?” jeritku tidak percaya

“Kau tidak pulang?” tanyanya tanpa turun dari motor

Aku menggeleng, “Malas.”

“Kau mau jalan-jalan denganku?” usulnya

Mendengarnya, aku langsung berdiri.

“Odi?” tanyaku

“Mm… bagaimana kalau ke pantai?”

“Deal!” jawabku setuju

Hankyung tersenyum kecil. Dia memberikan sebuah helm padaku. Setelah aku memakai helm itu, aku naik ke motor.

“Pegangan yang erat.” Katanya dari depan

Dengan gugup aku memegang ujung jaket Hankyung. Tiba-tiba Hankyung memutar gas motornya kencang. Hampir saja aku terjatuh, refleks aku melingkarkan kedua tanganku di pinggang Hankyung.

Cukup lama, aku baru sadar dengan posisiku. Jantungku langsung berdetak lebih cepat. Aku yakin, dia bisa merasakan degup jantungku yang tidak keruan. Sekitar lima belas menit di atas motor, akhirnya kami sampai di pantai.

“Wah… Jinja areumdawo.” Ujarku takjub

Hankyung melepas helm-nya dan ikut turun dari motor.

“Kau mau jalan-jalan?” tanyanya

Aku mengangguk senang.

Kami melepas sepatu dan berjalan menyelusuri pantai sambil menenteng sepatu kami.

“Seandainya aku bawa kamera.” Gumam Hankyung penuh sesal

“Tunggu sebentar.” Ujarku seraya merogoh-rogoh isi tasku

“Tada…” seruku sambil mengangkat sebuah benda berwarna pink

“Kau bawa?” tanyanya tidak percaya

Aku mengangguk, “Aku selalu membawanya kemana-mana.”

Kami pun mengambil posisi dan mengambil photo sendiri. Karena kameraku, kamera Polaroid, photonya pun langsung keluar.

“Kyeopta.” Kataku sambil melihat photo-photo itu, “Aku akan meletakkannya di kamarku.”

“Jinja?” Tanya Hankyung

“Mm.”

“Kalau begitu aku juga mau. Berikan juga photo untukku.” Pinta Hankyung

Aku memberinya dua buah photo yang juga lumayan lucu.

“Aku akan menulis sesuatu untukmu.” Kataku

“Mwo?”

Aku mengambil sebuah ranting kecil di dekatku. Aku menuliskan satu kata yang cukup besar di pasir.

G.O.M.A.P.T.A

“Wae gomawo?” Tanya Hankyung begitu selesai membaca pesanku

“Aniyo.” Aku menggeleng

Aku tersenyum kecil ke arah Hankyung.

:::

Aku mengulurkan helm ku pada Hankyung.

“Gomawo.” Ujarku lagi

“Lain kali kau masih mau kan jalan-jalan denganku lagi?” tanyanya

“Semoga saja bisa.” Jawabku seadanya

“Arasseo. Kalkeyo.”

“Annyeong.”

Hankyung melajukan motornya dengan cepat.

Aku berjalan ke dalam rumahku.

“Omma! Aku pulang!” teriakku sambil membuka sepatuku

“Urittal… kenapa kau baru pulang?” tanyanya saat menghampiriku

“Mianhe omma. Tadi aku jalan-jalan dulu baru pulang.” Jawabku lalu masuk ke rumah

“Kau tidak terlalu lelah kan?” tanyanya

“Aku senang sekali omma. Tidak capek sama sekali.” Jawabku

“Aratta. Kau sudah makan?” Tanya omma lagi

“Belum omma. Baegupa.” Keluh ku sambil memegang perutku

“Sudah omma duga. Makanlah dulu. Omma sudah siapkan makanan kesukaanmu, ddokbokki.” Ujar omma

“Jinja? Gomawoyo omma.” Aku mengecup pipi kanan omma dan berlari ke ruang makan

Aku menyantap makanan kesukaanku itu dengan lahap hingga tandas.

:::

Kepalaku benar-benar sakit. Rasanya seperti sebuah benda berton-ton mendarat di kepalaku. Aku bisa merasakan keringat dingin bercucuran di seluruh tubuhku.

Omma sudah duduk di sebelahku sambil menyelimutiku.

“Gwencana?” tanyanya cemas

Aku menggeleng, “Gwencanayo omma. Kau jangan cemas.”

“Aku ambilkan air untukmu yah.” Kata omma menawarkan

Aku mengangguk lemah.

Sekarang, aku sendiri di kamarku di balik selimut pink ku yang tebal. Tangan kanan ku terus memijit kepalaku yang sakit. Sementara tangan kiriku memegang dadaku yang terasa sesak. Aku berusaha menarik napas, tapi rasanya tertahan di dadaku. Aku semakin sulit bernapas. Kepalaku pun semakin terasa sakit.

“Yeonsu-a.” seru seseorang

Kangin oppa berlari ke kamarku dan langsung berjongkok di depanku. Tatapannya benar-benar cemas.

“Wae geude?” tanyanya sambil menggenggam tanganku

Aku menggeleng lemas. Aku berusaha tersenyum padanya.

“Gwencana?” tanyanya lagi

“Oppa, kau mau mengajakku jalan-jalan ke taman?” pintaku

Kangin oppa tidak menjawab. Dia melihat ke pintu kamar, dimana ommaku sedang berdiri. Omma mengangguk pasrah.

“Mm… kajja.” Ujarnya


By. Vira Elf4Suju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar